BeritaJawa TengahPekalonganRagamSosial

Lingkar Kajian Kota Pekalongan Buktikan Peran Nyata Anak Muda dalam Dunia Akademik dan Penelitian

7744
×

Lingkar Kajian Kota Pekalongan Buktikan Peran Nyata Anak Muda dalam Dunia Akademik dan Penelitian

Sebarkan artikel ini

Lingkar Kajian Kota Pekalongan, Rabu (19/3/2025).

Radarbahurekso.id, Kota Pekalongan – Lingkar Kajian Kota Pekalongan kembali menunjukkan kiprahnya sebagai wadah bagi anak-anak muda yang ingin berkontribusi nyata dalam dunia akademik dan penelitian. Salah satu bukti nyata dari peran mereka adalah inovasi alat ukur kecerdasan finansial yang dikembangkan oleh M. Rayhan I’tisham. Ia merupakan salah satu putra terbaik Kota Pekalongan, yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur SDM Lingkar Kajian Kota Pekalongan.

Rayhan berhasil mengembangkan alat ukur kecerdasan finansial yang revolusioner. Temuannya ini tidak hanya berkontribusi pada bidang psikologi dan ekonomi, tetapi juga berpotensi membawa dampak besar bagi masyarakat global.

Sebagai seorang anak muda asli Kota Pekalongan, Rayhan saat ini menempuh pendidikan Magister Psikologi di Universitas Negeri Malang dan memiliki keahlian dalam pengembangan alat ukur psikologi berbasis Rasch Model Analysis. Penelitian ini lahir dari ketertarikannya terhadap integrasi ilmu psikologi dan ekonomi, dengan tujuan menghadirkan alat ukur kecerdasan finansial yang akurat dan komprehensif.

“Selama ini, kecerdasan finansial sering kali disamakan dengan literasi finansial, yang hanya berfokus pada aspek pengetahuan. Padahal, kecerdasan dalam psikologi mencakup pemrosesan informasi, regulasi emosi, dan pengambilan keputusan. Dengan alat ukur ini, kita dapat menilai kecerdasan finansial seseorang secara lebih menyeluruh, bukan hanya dari pemahamannya tentang keuangan, tetapi juga bagaimana ia mengelola emosinya dalam keputusan ekonomi,” jelas Rayhan saat dikonfirmasi via telepon, Rabu (19/3/2025).

Menurutnya, penelitian ini didasarkan pada dua landasan utama, yaitu empirik dan teoritik. Secara empirik, kecerdasan finansial yang ada saat ini masih tumpang tindih dengan literasi finansial, sehingga pendekatan baru sangat diperlukan. Dari sisi teoritik, penelitian ini memperkuat gagasan yang dikemukakan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky (1996) bahwa manusia tidak selalu bertindak rasional dalam pengambilan keputusan ekonomi. Temuan Kahneman yang memenangkan Nobel Ekonomi 2002 menjadi dasar bahwa kecerdasan finansial tidak bisa hanya didefinisikan dalam batasan pengetahuan ekonomi, tetapi juga harus mencakup aspek kognitif dan emosional.

“Sebagai bentuk pengakuan Internasional, penelitian Saya ini dikembangkan melalui kolaborasi dengan University College MAIWP International (UCMI) Malaysia dan mendapatkan bimbingan langsung dari Assoc. Prof. Dr. Harris Shah Abd Hamid, seorang ahli Rasch Model terkemuka di Malaysia. Tak hanya itu, Saya juga berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan Prof. Trevor G. Bond, salah satu tokoh dunia dalam Rasch Model Analysis. Pertemuan kami semakin memperkaya pengembangan alat ukur dan memperkuat validitas penelitian dalam skala global,”terangnya.

Lanjutnya, pada tahun 2025, penelitian ini memasuki tahap adaptasi di tiga negara ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand, serta diterjemahkan ke dalam tiga bahasa (Melayu, Inggris, dan Thailand). Langkah ini dilakukan guna memastikan alat ukur ini dapat diterapkan dalam berbagai budaya dan mendukung program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Rayhan menerangkan, alat ukur ini memiliki dampak luas, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini menciptakan diskursus baru dalam psikologi dan ekonomi, khususnya dalam membangun konstruk kecerdasan finansial yang valid dan reliabel. Secara praktis, alat ukur ini dapat digunakan oleh peneliti, pendidik keuangan, hingga pemangku kebijakan untuk mengidentifikasi sejauh mana seseorang mampu mengelola keuangan secara bijak.

” Dalam jangka panjang, alat ini diharapkan membantu pemerintah dan institusi keuangan dalam menyusun kebijakan yang lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk memahami pola perilaku keuangan masyarakat, yang pada akhirnya berkontribusi pada upaya penanggulangan kemiskinan sesuai dengan target Sustainable Development Goals (SDGs),”bebernya.

Rayhan menambahkan, pada tahun 2025, penelitiannya ini juga mendapatkan pendanaan untuk dikembangkan sebagai alat ukur berbasis Artificial Intelligence (AI) agar dapat digunakan secara lebih luas dan efisien. Selain itu, alat ukur ini telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) serta menjadi highlight utama dalam Seminar Nasional dan Pameran Hasil Penelitian Universitas Negeri Malang pada November 2024.

“Saat ini, dua artikel ilmiah terkait alat ukur ini sedang dalam tahap review round 2 di jurnal internasional bereputasi Scopus Q2 dan Q4,”tuturnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Kota Pekalongan, M. Haidar Fikri Kurniali, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian rekannya ini.

“Sebagai anak muda asli Kota Pekalongan sekaligus Direktur SDM Lingkar Kajian Kota Pekalongan, Rayhan telah membuktikan bahwa pemuda daerah mampu berkontribusi dalam penelitian berkelas Internasional, bahkan mencapai taraf penemuan. Penemuan ini tidak hanya berpengaruh bagi dunia akademik, tetapi juga berdampak nyata bagi masyarakat global. Kami berharap alat ukur ini dapat menjadi standar baru dalam mengukur kecerdasan finansial di berbagai negara,” ujarnya.

Haidar menilai, keberhasilan ini semakin menegaskan bahwa Lingkar Kajian Kota Pekalongan bukan sekadar wadah diskusi, tetapi juga ruang bagi anak-anak muda untuk berkembang dan berkontribusi nyata dalam bidang ilmu pengetahuan.

“Dengan capaian yang tak tanggung-tanggung hingga level Internasional, Lingkar Kajian Kota Pekalongan telah membuktikan bahwa potensi anak muda Pekalongan bisa bersaing di kancah global dan memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta kebijakan publik,”pungkasnya.

*red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *